Selasa, 08 Juli 2014

Candi gentong




Berbeda dari candi-candi kebanyakan yang memiliki pesona istimewa baik dari bentuk, rupa maupun legenda didalamnya, Candi Gentong di Trowulan justru hanya sebuah susunan yang dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari tanah liat. Sehingga bentuknya yang tidak beraturan membuat orang yang berkunjung seringkali bertanya, apa yang membuat Candi Gentong menjadi tak seperti candi lain yang pernah mereka kunjungi.

Terletak di Dukuh Jambu Mete Desa Bejijong Mojokerto, Jawa Timur, Candi Gentong tak hanya satu-satunya candi yang berada di kawasan ini. Berjarak sekitar 360 meter dari timur, pengunjung bisa juga menemukan candi lain, yakni Candi Brahu.

Dinamakan Candi Gentong karena candi tersebut tertimbun oleh tanah menggunung yang akhirnya membentuk menyerupai Gentong (tempat air). Saat pertama kalo candi ini ditemukan kondisinya memang sudah berantakan. Dan sebenarnya tidak ada makna atau fenomena khusus yang terjadi pada candi ini. Namun keunikan Candi Gentong tak hanya dari bentuknya yang terkesan berantakan saja. Dinaunginya candi oleh bangunan berbentuk pendopo dengan atap yang terbuat dari seng, Candi Gentong kini justru terlihat makin misterius saja.

Dan setelah dilakukannya penelitian oleh Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung, diketahuilah bahwa Candi Gentong ini telah di bangun sejak zaman pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389), tepatnya pada tahun 1370. Menurut berbagai sumber, Candi Gentong merupakan satu dari tiga candi yang berderet dari arah bujur barat ke timur, yang masih utuh. Sedang kedua candi lain yakni Candi Gedong dan Candi Tengah, kini sudah tidak ada wujud dan bekasnya lagi.

Denah Candi Gentong tersusun dari tiga bangunan bujur sangkar yang ketiganya memiliki ukuran berbeda. Setelah dilakukan proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bekas Kota Kerajaan Majapahit, barulah diketahui candi ini memiliki panjang dan lebar seluas ±9,50 meter dan ±11,50 meter untuk bangunan kedua. Sedang bangunan ketiga berukuran ±23,50 meter. Namun ketiga bangunan ini nampaknya pernah mengalami vandalism -perusakan hasil karya seni dan barang berharga lain baik dengan menulisi, mencorat-coret dan atau memberi tanda khusus.

Pada dasarnya, peninggalan sejarah baik berupa benda dan atau bangunan kuno seperti layaknya candi, tidak ada yang tidak memiliki arti walau dengan alasan karena legenda yang ada tidak cukup menarik sehingga Anda harus mengenalnya lebih jauh lagi. Dan orang ataupun wisatawan, sebagian besar mungkin akan lebih memilih tempat yang ramai ditelinga sebagai daerah tujuan wisata. Sedang tempat yang masih terasa asing akhirnya menjadi terabaikan.

Sadar atau tidak, hal ini membuat beberapa peninggalan sejarah yang seharusnya berarti, justru menjadi tak dikenali. Dan tanpa dipungkiri, tempat wisata peninggalan sejarah memang sedikit kurang diminati ketimbang tempat wisata lain seperti pantai, gunung ataupun taman. Namun kembali sebagai bangsa yang mencintai negaranya, bukankah ini kewajiban kita untuk senantiasa menjaga, memelihara dan melestarikan budaya termasuk pada peninggalan sejarah yang dimiliki negara kita, Indonesia?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar