Kamis, 05 Juni 2014

Goa pasir

 Mendengar nama Goa Pasir pasti yang terbayang adalah sebuah goa yang terletak di daratan berpasir dan gersang atau mungkin kita akan membayangkan sebuah goa yang di dalamnya banyak pasirnya. Tetapi setelah datang langsung ke lokasi, bayangan itu tidak akan pernah terbukti sama sekali. Kenapa namanya Goa Pasir?? Karena goa tersebut terletak di Dusun Pasir. lebih tepatnya Dusun Pasir, Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.  Jaraknya sekitar 10 Km dari pusat kota.  Untuk mengunjunginya cukup mudah,dari kota Tulungagung ikuti jalan raya ke arah Blitar lalu ikuti penunjuk arah atau tanya pada penduduk. Goa Pasir merupakan goa buatan yang dibuat dengan melubangi lereng bukit.
Ada pelataran cukup luas sesaat memasuki lokasi. Untuk sampai ke goa kita harus melewati jalan setapak yang penuh batu- batu besar dengan kondisi jalan yang sedikit terjal, lalu kita harus merayap di bebatuan besar ketika mendekati lokasi goa.
Lokasi Goa Pasir ini banyak menyimpan berbagai benda purbakala (Patung, berbagai pahatan/relief yang ada di antara bebatuan, makam kuno dan goa) yang dapat dijadikan obyek wisata sejarah maupun cagar budaya. Beberapa artefak dan arca nampak tersisadi pojok pelataran. Di batu-batu besar,  terpahat beberapa relief yang sepertinya tidak tuntas dikerjakan.
Di lokasi ini terdapat dua goa, dari Buku yang berjudul TABUTA (Tapak Budaya Tulungagung) karangan Drs. M Dwi Cahyono, M.Hum dijelaskan bahwa Goa Pasir atau yang dinamakan Situs Karsyan, berbentuk bangun landam kuda serta tinggalan arkeologi yang berupa goa pertapaan yang berisi banyak relief (goa I) dengan ukuran goa 260 x 175 cm dan kedalaman 218 cm dengan ketinggian 200M di atas permukaan tanah tanpa disertai dengan tangga batu. Dan goa II yang tidak ber-relief dengan posisi tebing bawah dengan keadaan mulut lebih besar dari goa I berukuran 305 x 255 x 190 cm dan kedalaman 255 cm posisi goa menghadap ke barat. Dalam buku TABUTA juga dijelaskan bahwa sesuai dengan sebutannya yaitu “Situs Goa Pasir“ dan fungsinya sebagai karsyan maka kedua Goa tersebut waktu itu difungsikan sebagai pertapaan. Hal tersebut didukung dengan banyaknya temuan lain yang tersebar di area goa serta sebagian yang tertimbun tanah, hal ini selaras dengan esoteris dari Hindu sekte Siwa Shidanta yang lazim di jalankan di lingkungan karsyan yang sifatnya tertutup.
Temuan lain di situs Goa Pasir berupa sisa struktur bangunan, berbangun bujur sangkar dengan ukuran sisi 700 cm berupa tatanan batu bata yang semula diperkirakan sebagai pondasi suatu asrama (rumah tinggal semi permanen bagi para Resi) dan hingga kini yang tersisa dari bangunan ini adalah bagian bangunan yang tampak di permukaan tanah yang berada di sisi selatan dan barat. Selain itu di area situs juga terdapat arca-arca lepas batu adesit, sedangkan arca yang tersisa berupa dua buah arca penjaga pintu (dwara pala) berbeda ukuran dan detail bentuknya, fragmen arca Ganesha (Putra kedua dari Dewa siwa dan parwati/uma) peninggalan kerajaan Majapahit dan ini di indikatori berupa pahatan teratai yang tumbuh dari vas bunga yang dipahat pada sandaran kanan kiri kaki arca. [1]
Berdasarkan catatan penelitian N.J. Krom dan Verbeek di situs Goa pasir pernah ditemukan arca batu yang sandarannya dipahatkan konogram saka 1325 (1403 M) dan 1224 S (1302 M) tahun 1302-1403 M yang berarti dari masa Majapahit, juga pernah ditemukan kronogram yang bertarikh Saka 1228 (1306 M), menunjuk pada zaman Majapahit oleh karena itu situs Karsyan Goa pasir diperkirakan sebuah peninggalan zaman Majapahit. [1]

sumber:tribunjatim.com
Pada bulan Mei 2013 lalu tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya dari Trowulan, Mojokerto, telah menyelesaikan penggalian situs purbakala Goa Pasir. Penggalian tersebut dipimpin arkeolog Nugroho Harjolukito. Mereka mendokumentasikan macam-macam artefak dari kompleks situs seluas kira-kira 1 hektare itu. Situs Goa Pasir ditemukan masyarakat sejak era kolonial Belanda tetapi hingga kini sebagian besar masih terpendam. Menurut ketua tim penggalian situs ini terpendam karena longsoran dari gunung. Situs Goa Pasir terletak di lereng perbukitan dekat kawasan Wajak, penghasil marmer Tulungagung yang terkenal. Pepohonan jati yang tak rapat di lereng bukit itu tak sanggup menahan longsoran tanah selama bertahun-tahun. Penggalian sebetulnya belum selesai sepenuhnya karena masih banyak area situs yang tertimbun tanah. Tapi hasil ekskavasi kali ini sudah menunjukkan adanya pemukiman yang bersifat religius di masa lalu, hal itulah yang menjadikan alasan dari tim untuk mengakhiri penggalian di situs Goa Pasir.
Relief Goa Pasir
Sesuatu yang menarik di dalam ceruk Goa Pasir adalah terdapat tiga bagian relief . Di bagian tengah ceruk tampak relief seorang pria yang sepertinya sosok seorang raja, bangsawan atau kesatria dengan seorang wanita. Di sisi kanan dan kiri  tampak relief pria bersorban yg di kelilingi para wanita, wanita-wanita itu menggoda pria bersorban dengan kemolekan tubuhnya. Pada bagian ini, biasanya anak-anak muda yang bertamasya ke goa tersebut lazim menyebutnya dengan relief mesum atau relief erotis. Sampai saat ini saya belum mendapatkan literatur yang menafsirkan gambar relief tersebut.
Mengingat tempat tersebut dulunya digunakan sebagai pertapaan yang merupakan sarana meditasi untuk mengasingkan diri dari godaan duniawi guna mencapai kemuliaan, maka menurut saya relief tersebut lebih mengarah pada pesan moral. Menggambarkan bahwa kehidupan di dunia penuh dengan godaan (disimbolkan dengan relief pria bersorban yang digoda dengan kemolekan tubuh wanita). Ketika manusia ingin mencapai kemuliaan maka akan banyak godaan-godaan duniawi yang indah-indah dan akan menjerumuskannya, jika manusia mampu melawan godaan-godaan tersebut maka kemuliaan lah yang di dapatnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar